Adakah para wanita diantara kalian yang memiliki adik kecil sekarang? Kalau ada, maka anda sangat beruntung. Mengapa? Karena anda diberi kesempatan untuk belajar mendidik anak sejak usia muda. So, i’m so lucky to have little brother.
Gambar ambil disini (click link)
Nampaknya, mulai menyukai kelucuan anak kecil, mulai mempelajari apa penyebab anak kecil menjadi menyebalkan adalah naluri seorang wanita beranjak dewasa. Beruntung, saya punya adik kecil yang bisa selalu saya amati tingkah lakunya.
Adik
saya Azka, Laki-laki, sekarang dia kelas 3 SD. Setiap ujian dia sering minta
saya mengajarinya, membantunya memberikan pertanyaan seputar yang ia pelajari. Buat
saya, seorang anak memiliki kesadaran untuk belajar saat ujian saja sudah
bagus, dan tugas kitalah yang mengembangkan semangatnya menjadi hal yang lebih
positif. Sebelum belajar, saya harus meyakinkan bahwa Azka sudah siap untuk
belajar, membuatnya memulai dengan doa, memberikan motivasi bahwa apa yang Azka
tanam adalah apa yang akan dia petik, untuk memberi penekanan bahwa bukan hasil
yang terpenting, tapi proses.
Setiap
saya mengajari Azka, saya belajar, bahwa hal utama dalam mengajarkan anak
adalah membuat anak itu belajar dengan hati senang, bukan dengan perasaan
tertekan. Dalam setiap belajarnya, saya sering bercanda, kalau saya liat Azka
mulai bosan dan ngantuk, saya menggelitiki dia setiap dia menjawab pertanyaan
dengan tidak tepat. Membuatnya untuk memberikan jawaban dan berfikir cepat
dengan memberikan hitungan 1-3. Memujinya jika ia dapat memberikan jawaban
tepat dan cepat. Terkadang Azka bercanda berlebihan, belajarnya tak serius,
saat itu bisa bikin saya kesal dan ingin memukul dan membentak. Tapi saya harus
ingat bahwa memukul dan membentak tidak baik untuk perkembangan otaknya dan
hanya akan membuatnya belajar dengan tertekan. Hilary Blumberg, Professor
psikiatri dari Yale School of Medicine di New Haven mengemukakan bahwa hasil
scan menunjukkan kekerasan pada anak perempuan menyebabkan terjadinya perbedaan
di area otak yang berhubungan dengan pengolahan emosional, dimana hal ini
membuat anak perempuan lebih rentan mengalami gangguan mood, seperti depresi. Sementara
anak laki-laki mengalami perubahan di daerah untuk mengontrol impuls, yang bisa
membuat mereka lebih rentan terhadap kecanduan narkoba dan alcohol (sumber: click link). Untuk itulah,
sebisa mungkin saya tidak membentak, saya hanya memberikan penekanan dan
penegasan pada suara saya, dan biasanya Azka mengerti, kalau saya diam dan
menatapnya artinya saya kesal dan marah. Tapi kadang tak bisa ditahan juga,
kalau pada akhirnya saya tak bisa mengontrol emosi saya dan akhirnya membentak
Azka, jika itu saya lakukan, setelah Azka diam dan nurut, saya akan minta maaf
sama Azka untuk menunjukkan bahwa apa yang saya lakukan salah. Ya, saya memang
tidak bersamanya setiap saat, saya juga tidak selalu berbuat seperti apa yang
saya tulis, tapi itu yang saya pelajari.
Gambar ambil disini (Click link)
Selain
itu, dari Azka, saya belajar bahwa menjadi seorang ibu memang harus cerdas dan
pandai berkomunikasi. Anak sekarang kritis, Azka seringkali bertanya hal-hal
menakjubkan yang kadang membuat saya sulit untuk menjawabnya. Contohnya, Azka
pernah bertanya pada saya begini “Teh, kenapa kita gak boleh pegang payudara
cewek? Allah itu ada dimana? Partai politik itu apa? Legislatif itu apa? Cara keluar
bayi dari perut ibu itu gmn? Knp kucing kalau melahirkan bisa banyak
banget anaknya? Kenapa anak itu jadi
pemulung, ayah ibunya kemana? Sulit sekali untuk menjawabnya, tapi sebisa
mungkin pertanyaan tersebut harus dijawab dengan bahasa yang mudah di mengerti,
disinilah kecerdasan dan kemampuan berkomunikasi seorang ibu sangat diperlukan.
Saya sendiri sedih banget waktu beberapa pertanyaan yang Azka lontarkan ada
yang tak bisa dijawab TT. Meskipun demikian, saya tidak ingin dia berhenti
bertanya, bahkan saya akan pancing dia untuk bertanya agar dia menjadi anak
yang cerdas.
Di zaman
setiap rumah ada televisi seperti sekarang, akan menjadi hal yang sangat
penting untuk mendampingi anak nonton tv. Maraknya acara-acara yang tidak
berbobot dan memberikan contoh yang tidak baik memaksa kita untuk memberikan
pendampingan dan pemahaman terhadap apa yang dia tonton. Sayangnya, saya tidak
bisa mendampingi Azka setiap saat, dan sayapun sering sebel kalau nemenin azka
nonton tv, karena dia seringkali mengikuti ucapan dan perilaku yang ada di TV,
sedih jadinya.
Daripada
nonton tv sama Azka saya lebih senang mengajak Azka ke kamar untuk bercerita,
atau bersenda gurau. Selain itu, kadang membacakan buku cerita ke Azka.
Belakangan saya baru tahu bahwa membacakan cerita bermanfaat memberikan
nilai-nilai kehidupan, mempererat hubungan, memberikan pengetahuan,
mengembangkan keterampilan bahasa, dan menanamkan cinta buku (sumber: click link). Ya meskipun
kadang membacakan cerita ke Azka bikin capek, karena dia selalu minta
diceritain terus sampai saya bingung mau cerita apa, dan sampe mulut saya pegel
juga ngantuk. Hingga suatu ketika saya yang meminta dia yang menceritakan
sesuatu untuk saya, dan hasilnya sangat menghibur mendengar Azka bercerita
tentang pemuda kahfi dengan kalimatnya sendiri. Hehe..
Gambar ambil disini (Click link)
Dari
hasil pengamatan ini seringkali membuat saya berfikir, kalau sudah besar Azka
akan jadi anak yang seperti apa, dan kelak saya akan menjadi ibu yang seperti
apa. Memang benar adanya, kalau ibu adalah madrasah pertama bagi anak. Ibulah penentu
karakter dan watak awal anak. Meskipun kelak lingkungan sekolah, teman-teman
akan mempengaruhi perilaku dan cara berpikirnya, tapi jikalau keimanan dasar
sudah terbentuk dari Ibu yang cerdas, Insya Allah sang anak akan tumbuh baik. Tapi
ingat, mendidik anak bukan hanya tugas Ibu, ayah juga. Meskipun lelah bekerja,
menghabiskan waktu dengan anak tetap penting.
Note: Omongan saya tua banget, padahal saya belum punya anak, nikah aja belum -_-
0 komentar:
Posting Komentar