Ada quote menarik dari status BBM teman saya, kurang lebih begini bunyinya “ Siapapun kamu di masa lalu, tidak mampu menghalangimu untuk menjadi wanita muslimah yang lebih baik”
Gambar. click link
Saat membacanya saya langsung tersenyum. Bagi mereka yang
tahu betapa buruknya saya di masa lalu. Bagi saya sendiri yang seringkali
menganggap bahwa saya tak pantas berubah karena dosa dan perbuatan buruk di
masa lalu. Ungkapan ini dirasa tepat.
Orang lain boleh saja berbicara di belakang saya, mencibir
apa yang mereka lihat sekarang. Tapi mereka tak layak menghambat langkah saya.
Justru kini saya bersyukur. Saya pernah salah. Bukan hanya
sekali, tapi kesalahan itu terus berulang. Seperti orang bodoh yang terus jatuh
ke dalam lubang yang sama. Tapi dari sinilah saya belajar memperbaiki
kesalahan. Tidak mudah, sangat tidak mudah.Tapi saya memaksakan diri sendiri
untuk mengerti hal-hal yang diri sendiri pun tak ingin mengerti. Saya
seringkali berargumen dengan diri sendiri, menentang apa yang harusnya saya
lakukan tapi tak ingin saya lakukan.
Tapi kamu tahu apa yang paling sulit dari melakukan
kesalahan? Hal paling sulit adalah memafkan diri sendiri. Ketika saya melakukan
kesalahan yang sama, saya mulai mengutuk dan membenci diri sendiri. Saya mulai
merasa bahwa saya tak pantas berubah. Setiap perbuatan yang saya lakukan saya
anggap itu sia-sia karena semua saya anggap hutang. Saya berbuat baik untuk
menutupi dosa-dosa, layaknya membayar hutang yang menggunung. Ah rasanya
percuma dan tak pantas.
Kemudian saya berfikir. Siapa saya? Berani-beraninya saya menghitung
pahala + dosa = minus. Berani-beraninya saya membandingkan kemampuan berfikir
saya dengan yang Maha Kuasa akan segala hal? Lancang sekali saya. Harusnya saya
sadar bahwa Allah Maha Berkehendak, Maha Adil. Setiap perbuatan ada balasannya,
dan sungguh saya pun tak berhak mengira-ngira berapa jumlah dosa dan pahala
saya. Harusnya saya menyerahkan semua urusan ini pada-Nya, menghitung dosa dan
pahala jelas bukan tugas saya. Saya hanya perlu melakukan hal baik
sebanyak-banyaknya selama saya hidup, termasuk memperbaiki diri dari kesalahan.
Dari sana saya mulai memaafkan diri sendiri, mulai mengerti
bahwa setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, mulai memaklumi bahwa yang
menjadi poin utama bukan menyesali mengapa kita melakukan kesalahan, tapi
bagaimana kita bangkit dan belajar dari kesalahan itu. Hidup kita terlalu
sia-sia jika digunakan untuk meratapi dan menyesali apa yang sudah kita perbuat.
Setelah memaafkan diri sendiri, saya menjadi lebih percaya diri
dan mencintai diri sendiri. Betapa bodohnya saya dulu karena saya membenci diri
sendiri tapi mengharapkan orang lain mengerti dan memahami apa yang saya rasakan.
Hal itu jelas tidak akan terjadi. Ketika mulai mencintai diri sendiri, maka
orang-orang yang membenci dan memandang saya sebelah mata, menjadi tidaklah
penting. Dengan mencintai diri sendiri saya lebih percaya diri untuk berubah,
karena saya tahu, perubahan ini akan membuat saya lebih mencintai dan
menghargai diri sendiri. Orang lain di luar sana tak akan mampu menghentikan
langkah saya, meskipun mereka tahu seperti apa masa lalu itu, dan meskipun
langkah itu terseok-seok bahkan seringkali tersungkur.