Namun, terlepas dari anggapan lumrah tersebut, sudah pasti
akan ada komentar-komentar miring mengenai keberadaan sang anak di perusahaan
milik orang tua tersebut. Komentar seperti “alaaaaah, kamu capek-capek kuliah
di jurusan bla bla, ujung ujungnya kerja di perusahaan orang tua” atau “ya
iyalah dia anak bos, pantas aja kerja disitu dan dapat posisi itu, klo bukan
anak bos jg gbs apa-” pastilah sering terdengar, dan komentar miring seperti
itupun disebut lumrah.
Gambar ambil disini (click link)
Kini, marilah kita lihat dari sisi yang lain, yaitu dari
sisi sang anak yang bekerja di perusahaan milik orang tua tersebut. Tidak perlu
jauh-jauh, saya mengalaminya. Saya adalah sarjana dari jurusan kimia, setelah 8
bulan bekerja di perusahaan orang lain, saya akhirnya memutuskan resign dan
memilih bekerja di perusahaan milik orang tua. Pada awalnya saya bersikeras
untuk tidak bekerja di perusahaan tersebut, kenapa? Karena ayah, ibu, dan kedua
kakak saya sudah bekerja disitu, jadi bisa dibayangkan dong seperti apa
lingkungan kerjanya nanti, di kantor ketemu mereka, di rumah juga ketemu
mereka. Ini pasti akan sangat membosankan. Lagipula bidang pekerjaannya-pun berbeda
jauh dari latar belakang pendidikan saya. But start from my mom’s complaining,
that she feel confused and tired with office bussines. Merasa kesulitan membagi
waktu antara pekerjaan dengan mengurus rumah. Kemudian saya mulai berfikir,
mungkin ini waktunya saya membantu mereka. Ya, memang ini tidaklah sesuai
dengan back ground pendidikan saya, tapi saya rasa patut dicoba, dan saya
berfikir pastilah saya bisa melakukan sesuatu untuk memajukan perusahaan yang
sudah dibangun dari nol oleh ayah saya ini.
Di perusahaan ini, tugas saya hanyalah sebagai admin
keuangan, iya memang saya tidak bisa menambah pundi-pundi keuangan perusahaan,
tapi saya bisa merapikan catatan keuangan perusahaan, sehingga semuanya bisa
menjadi lebih jelas. Saya rasa ini adalah perbedaan antara mempekerjakan orang
lain dibandingkan anak sendiri, mempekerjakan orang lain biasanya orang
tersebut hanya sekedar bekerja dan menunaikan kewajiban, tapi mempekerjakan
seorang anak, mereka akan berpikir how to make this company better. Biar bagaimanapun,
niat saya memutuskan bekerja di perusahaan orang tua adalah baik. Tentu saja
komentar-komentar miring berseliweran di telinga saya, sometimes i feel like
they looking down on me, bahkan dari orang yang berusaha saya bantu pada
awalnya. Tapi buat saya ini sudah seperti resiko yang memang harus dihadapi
saat sebuah keputusan diambil, dan saya sudah siap dengan itu. Karena dimanapun
anda bekerja, akan selalu ada komentar-komentar miring, dan kita tidak bisa
memuaskan siapapun dalam hal ini. Kerja ya kerja aja, akan sangat letih jika
kita mendengarkan komentar orang lain bukan?!
Selamat bekerja dimanapun anda memutuskan untuk bekerja sekarang. Bersyukurlah, karena anda minimal bukan pengangguran . hidupmu dibuat berdasarkan keputusanmu sendiri, bukan orang lain.