Selasa, 09 Juni 2015

Rasanya Tinggal di Rumah Mertua itu... :)

Diposting oleh Mak Nude di 02.32 7 komentar


Rasanya tinggal di rumah mertua itu... Menurutmu bagaimana? Menyeramkankah? Menakutkankah? Mengasyikkankah? Let’s see...

Setelah menikah, kami tinggal di rumah orang tua saya. Tapi, baru seminggu kami tinggal di rumah orang tua saya, tiba-tiba suami mengajak saya untuk tinggal di rumah orang tuanya. Seketika itu juga saya langsung sedih. Tidakkah dia merasa terlalu cepat membawa saya meninggalkan keluarga? Bukankah kita sepakat untuk tinggal di rumah orang tua saya selama sebulan? Tidakkah dia mengerti bahwa meninggalkan keluarga adalah hal terberat yang harus saya lakukan? Meskipun saya tahu cepat atau lambat saya akan meninggalkan mereka, tapi bukankah ini terlalu cepat?
Saat itupun saya berfikir, duh gimana ni? Beneran bakalan tinggal di rumah orang tua suami ni? Nanti sifat jelek saya ketahuan deh, nanti mertua tau deh saya tuh belum bisa masak, tukang tidur, sering bangun siang, pemalas pula. Hadeeeeeeeh.

Sekarang, mari saya coba bahas apa rasanya tinggal di rumah mertua.

 
Gambar click link


Kenyamanan? Tentu saja tidak bisa dibilang saya sangat nyaman. Saya yang biasanya dari kecil tinggal di rumah sendiri dengan lingkungan keluarga saya, tiba-tiba harus pindah ke lingkungan baru (red: rumah mertua), tentu saja ada perasaan gak nyaman, dan sepertinya semua serba gak enak. Sapu di rumah lebih enak daripada sapu di rumah mertua, kain pel di rumah lebih enak dipakai daripada di rumah mertua, kamar di rumah lebih nyaman, mesin cuci di rumah lebih enak dipakai daripada di rumah mertua, meskipun mesin cuci di rumah mertua lebih canggih.

Pada awal hari-hari di rumah mertua, saya begitu merindukan rumah, saya rindu suasananya, perabotan yang biasa saya pakai, orang-orang yang tinggal di dalamnya, bahkan bau khas rumah. Padahal saya baru tinggal beberapa hari di rumah mertua, dan padahal setiap hari saya mengunjungi rumah, karena tempat kerja saya sangat berdekatan dengan rumah. Di sela-sela kerja, saya sering ke rumah hanya untuk menemui mamah, untuk makan siang, untuk mengambil beberapa barang, dan menunggu suami menjemput saya. Meskipun begitu, setelah sampai rumah mertua, saya langsung teringat rumah, dan rasanya saya ingin kembali, dalam hati saya berkata “saya tidak suka berada disini”. Meskipun saya pernah tinggal jauh dari rumah (ngekos di karawang), tapi ini rasanya berbeda. Meskipun sikap keluarganya baik sama saya, dan saya sudah mulai bisa berbincang-bincang dengan mereka. Tapi saya tetap kangen rumah. Suami saya sering sekali bertanya, mengapa wajah saya akhir-akhir ini murung, padahal saya sudah berusaha menyembunyikannya, saya jawab bahwa saya baik-baik saja, karena saya tidak ingin membuat dia merasa terbebani dengan apa yang saya rasakan disini, saya ingin dia yakin bahwa bukanlah suatu masalah jika saya tinggal disini.

Sebenarnya dalam hati saya sedih, setiap ditanya suami, saya hanya bisa jawab “gak apa-apa”, dan hanya bisa menangis di belakang punggungnya. Hingga pada suatu titik saya merenung dan saya sadar hal yang menyebabkan saya selalu kangen rumah. Karena saya mengganggap rumah mertua adalah rumah yang asing. Kemudian saya mulai mencoba membuka diri saya, dan meyakinkan diri saya bahwa keluarga suami adalah keluarga saya, dan rumah ini harus saya anggap seperti rumah sendiri. Ya bagaimanapun, saya harus menjadi diri saya apa adanya (tentunya dengan tambahan harus sedikit lebih rajin), saya mulai berfikir bahwa saya tak perduli lagi bila keluarga suami tahu saya tukang tidur, suka nyanyi keras-keras, bawel, belum pinter masak, dan lain-lain. Biarlah keluarga baru saya ini mengenal saya, semakin banyak mereka tahu keburukan saya, itu tandanya mereka semakin dekat dengan saya, karena saya menunjukkan “the real me”. Saya-pun percaya, semakin mereka mengenal saya, mereka tidak hanya melihat sisi buruk saya, tapi juga sisi positifnya.

Selain menunjukkan the real me, hal yang saya coba tanamkan pada diri saya selama tinggal di rumah mertua adalah berfikir positif dan toleransi. Namanya tiba-tiba ada orang baru di rumah, rasa canggung baik itu dari mereka atau saya sudah pasti terjadi, sekali lagi ini hanya soal waktu, saya dan mereka sama-sama perlu mebiasakan diri pada suasana baru ini. Saya masih perlu beradaptasi dengan semua benda-benda yang ada di rumah mertua, dengan semua anggota keluarga, dan juga dengan budaya keluarganya. Saya disini masih sebagai pemerhati, dan mempelajari setiap budaya yang ada di keluarga ini. Pernah juga saya bertanya-tanya “kok mereka begini yah? Oh jadi disini kebiasaannya begitu yah? Kok beda ya sama di rumah? Aduh jangan-jangan mereka gak suka dan gak nyaman lagi ada saya...”. Then now.... Just don’t think and worry too much Tia. Biar bagaimanapun, saya harus ingat  bahwa saya tinggal di keluarga baru yang BERBEDA dengan keluarga di rumah selama ini. Jadi udah deeeeeh gak usah mikir macem-macem Tia, cobalah untuk memahami, mempelajari, menelaah karakter dan budaya keluarga baru ini. Saya lagi-lagi MEMAKSA untuk berfikir positif hingga pada akhirnya saya bilang “oh mungkin disini begini karena begitu.. oh jadi manfaat budaya ini tuh begini...”. Sayapun juga harus ingat yang namanya toleransi, kadang saya menolak untuk mengerti, kadang saya tak bisa menerima beberapa sikap mereka, kadang saya ditegur karena sifat saya, tapi biar bagaimanapun saya tetap harus menghargai, dan mengikuti aturan yang berlaku, dimana bumi dipijak, disitulah langit dijunjung, selama tidak melanggar syariat islam, saya pikir tak ada masalah. Saya gak boleh kekeuh sama pendapat saya akan suatu hal, ikutin dan pahami aja dulu. Sayapun harus berfikir positif, kalau kita ditegur atau dinasehatiDari sini, saya malah jadi semakin banyak belajar, saya bisa belajar dari dua budaya keluarga, saya jadi punya bayangan akan dibangun seperti apa keluarga saya nanti, suasana seperti apa yang akan dihidupkan jika kami sudah punya rumah sendiri. Indah bukan?

Beruntungnya, berhubung rumah saya dan rumah suami jaraknya tidak terlalu jauh, selama ini kami tinggal bergantian, kadang kami tinggal di rumah orang tua saya, kadang di keluarga orang tua suami. Dengan begini, kami bisa saling mengerti dan bisa saling dekat dengan keluarga masing-masing, kamipun bisa saling memahami budaya masing-masing. Akan tetapi, senyaman apapun rumah mertua atau rumah orang tua, layaknya impian orang yang membina rumah tangga, pasti ingin punya rumah sendiri untuk membangun dan membina keluarga sendiri. Anggaplah ini sebagai awalan dari mengenal keluarga masing-masing. Yah, hidup ini akan terasa indah jika kita saling menghargai dan tetap berfikir positif. Bayangkanlah...

Rabu, 20 Mei 2015

Tips Menentukan Mahar

Diposting oleh Mak Nude di 20.43 0 komentar
Assalamualaikum, 

Pernikahan udah mau deket ni, etapi pas ditanya “kamu mau mahar apa neng dari aa?”, langsung bingung deh jawabnya. Nah, kali ini saya akan memberikan tips bagaimana menentukan nilai mahar, silahkan disimak para capeng

Sebelumnya curhat dulu ni ya... sebenarnya, sempat takut dan berfikir berulang-ulang buat posting tulisan ini. Pasalnya ini berhubungan dengan syariat islam, salah-salah saya bisa membawa pembaca ke dalam keburukan. Naudzubillah... namun pada akhirnya tulisan ini rampung juga, dan perlu banyak-banyak baca. Alasan posting si simple, saya sering sedih melihat fenomena masyarakat belakangan ini mengenai permaharan. Kadang mahar dijadikan ajang unjuk harta, gengsi, dan menyulitkan para pria, duh serem. Jangan sampai gara-gara mahar yang terlalu besar, dua insan tak jadi menjalankan sunnah rasul penyempurna agama ini, jangan sampai gara-gara mahar yang terlalu besar, pihak pria sampai harus ngutang-ngutang demi memenuhi keinginan pihak wanita atau karena sekedar mempertahankan harga diri. Serem kan!! Nah, sekarang yuk mari disimak tips-nya ciiiin.

Mahar adalah hak isteri. Artinya perempuan berhak meminta berapapun jumlah mahar yang diinginkan, dan calon suami wajib untuk memenuhinya. Jika suami tidak dapat memenuhinya, maka calon isteri berhak menolak calon suami untuk menjadi suaminya. Wuiiiih enak kan jadi perempuan, kita bisa minta apa aja ni buat mahar, bisa minta berlian, minta emas segambreng, minta rumah mewah, dan calon suami harus menuhin ni, kalo gak menuhin ya udah jangan nikahin kita. Nah ini nih, yang suka dijadikan landasan para wanita untuk meminta jumlah mahar. But, Is that so simple? Hmmmmm sebelum meminta ini itu buat mahar, coba cek hadits dibawah ini:

“Sebaik-baik perempuan adalah yang paling murah maharnya” (HR. Ibnu Hibban, Hakim, Baihaqi, Ahmad)
Jadi ni, untuk para perempuan cobalah meminta mahar yang mudah namun tetap pantas. Karena kan ibaratnya mahar itu seperti harta yang diberikan suami pada kita dengan penuh kerelaan dan dengannya, maka suami sudah berhak atas kita nantinya, kasarnya si mahar tuh kayak sesuatu buat membeli kita lah. Tapi jangan disalah artikan ya, karena perumpamaan saya mahar itu seperti untuk membeli kita, bukan berarti lantas kita berfikir “Wah kalo memang buat beli saya, saya harus minta yang mahal dong, enak aja saya dibeli dengan harga murah”, bukan begitu maksudnya ya. Para wanita biar bagaimanpun lebih baik untuk meminta mahar yang sesuai dengan kemampuan pria-nya. Sekali lagi, jangan sampai karena masalah mahar ini, urusan pernikahan jadi semakin rumit, jadi beban untuk pria, atau bahkan malah jadi batal. Naudzubillah...

 
Gambar ambil disini (click link)


Dan untuk para lelaki pasti seneng ni pas baca hadits diatas, dan hadits ini bisa mereka sodorkan ke calon isterinya manakala calon isteri meminta mahar yang besar. Terus karena hadits ini, para pria berniat untuk ngasih mahar se-ala kadarnya. Hmmmm kalau begitu, para lelaki ini perlu mengerti tujuan dari mahar itu apa. Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa ibaratnya mahar itu seperti untuk “membeli” wanitanya, maka laki-laki yang baik-pun tentunya bisa memposisikan dirinya sebagai laki-laki yang mampu menghargai wanitanya, termasuk urusan permaharan ini.

Trus enaknya buat mahar itu apaan ya?

Pada zaman Rasulullah SAW, mahar tidak harus harta dan mahar sangat tidak memberatkan pihak pria, berikut beberapa kisahnya.

“Dari Amir bin Robi’ah bahwa seorang wanita dari bani Fazarah menikah dengan mas kawin sepasang sendal. Lalu Rasulullah SAW bertanya, “Relakah kau dinikahi jiwa dan hartamu dengan sepasang sendal ini?”. Dia menjawab, “Rela”. Maka Rasululloh pun mebolehkannya
(HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu madjah)

Dari Sahal bin Sa’ad bahwa nabi SAW didatangi seorang wanita yang berkata, “Ya Rasulullah kuserahkan diriku untukmu”, Wanita itu berdiri lama lalu berdirilah seorang laki-laki yang berkata, “Ya Rasulullah kawinkan dengan aku saja jika kamu tidak ingin menikahinya”.  Rasulullah berkata, “Tidak kecuali hanya sarungku ini” Nabi menjawab “bila kau berikan sarungmu itu maka kau tidak akan punya sarung lagi, carilah sesuatu”.  Dia berkata, “aku tidak mendapatkan sesuatupun”. Rasulullah berkata, “Carilah walalu cincin dari besi”. Dia mencarinya lagi dan tidak juga mendapatkan apa-apa. Lalu nabi berkata lagi, “Apakah kamu menghafal qur’an?” Dia menjawab, “Ya, surat ini dan itu” sambil menyebutkan surat yang dihafalnya. Berkatalah Nabi, “Aku telah menikahkan kalian berdua dengan mahar hafalan quranmu”
(HR. Bukhori Muslim)

Selain beberapa kisah di atas, secar fiqiyah, kalangan Al-Hanafiyah berpendapat bahwa besarnya mahar minimal 10 dirham. Sedangkan Al- Malikiyah mengatakan bahwa minimal mahar itu sebesar tiga dirham. Kalau satu dirham sekitar 4000-an, jadi minimal mahar itu hanya sebesar 40.000 rupiah atau 12.000 rupiah aja dong ya.

Nah, kalau di Indonesia gmn? Budaya yang berlaku di Indonesia kebanyakan maharnya berupa seperangkat alat sholat, emas perhiasan, uang tunai, logam mulia, bahkan ada juga yang sebidang tanah atau rumah. Tidak disalahkan, karena inti dari mahar adalah harta berupa barang atau jasa yang diberikan kepada calon istri dengan penuh kesukarelaan.

 
Gambar 2. Officially menikah setelah saya menerima mahar dari suami


Apapun maharnya, yang perlu ditekankan adalah besarnya mahar sangat tergantung pada permintaan calon isteri dan kemampuan calon suami. Calon isteri harus tahu batas kemampuan dari calon suami sehingga dapat meminta sejumlah mahar yang sesuai dengan kemampuannya. Calon suami pun juga harus sadar besarnya mahar tersebut haruslah pantas dan dapat menghargai wanita yang akan dinikahinya. Ingat pula, bahwa mahar ini calon isterilah yang menentukan. Terkadang kita meminta saran dari orang lain dan seringkali ada intervensi dari pihak keluarga misalnya. Gak jarang dalam menentukan mahar ini kita menemukan kasus bahwa permintaan besarnya mahar ditentukan oleh kedua orang tuanya misalnya. Misalnya, ketika kita sudah menentukan mahar yang pantas untuk kita dan calon suami pun mampu, beberapa ada yang berpendapat “Ih, kecil amat maharnya, tambahin lah, masa maharnya segitu, bla bla”. Pendapat kayak gini mah tutup kuping aja. Yang mau nikah kan kalian, dan ingatlah selalu bahwa pernikahan yang barokah adalah yang maharnya mudah.

Semoga dengan tulisan ini dapat membantu teman-teman yang masih bingung ni mau minta mahar apa ke mas, aa, atau ke abang-nya.
 
Wassalamualaikum..

Kamis, 26 Maret 2015

Wanita Anggun dan Sexi itu...

Diposting oleh Mak Nude di 01.58 1 komentar

Wanita....

Perhiasan dunia. Sebagaimana yang namanya perhiasan, tentu selalu membuat terpesona, membuat kita ingin memilikinya, bahkan jikala tidak memilikinya pun, memandangnya saja sudah membuat kita bahagia.
Sebelumnya, saya melihat wanita anggun dan sexi adalah mereka yang begitu mudah bergaul dengan siapapun, berprestasi dan ahli di bidangnya. Wanita yang cantik adalah mereka yang berpakaian mengikuti fashion terkini, namun tetap sopan tentunya.

Sebelumnya, saya menganggap bahwa wanita berjilbab lebar dan syar’i terlihat kuno. Mereka hanya ingin bergaul dengan orang-orang yang ada di kelompok mereka. Ketika saya mengajak mereka berbincang mereka terkesan menutup diri. Saya menganggap mungkin mereka berfikir bahwa mereka seperti manusia setengah dewa, menganggap bahwa mereka adalah golongan terbaik dengan keimanan yang tinggi, dan menganggap saya adalah orang yang sebaiknya dihindari karena mungkin akan membawa pengaruh buruk untuk mereka. Penampilan mereka memang syar’i, tapi entah kenapa saya melihat mereka tidak sedap di pandang, mereka lusuh, mungkin memberi kesan sederhana, tapi dimata saya mereka terlalu lusuh. Saya bingung, bukankah islam cinta kebersihan dan kerapihan? Ah, saat itu pandangan saya begitu negatif mengenai wanita berjilbab syar’i, bahkan tak jarang saya mengolok-olok mereka di belakang mereka.


Hingga pada suatu titik, saya bertemu dengan seorang wanita di salah satu organisasi yang saya geluti saat kuliah. Dia kakak kelas saya, pakaiannya longgar, jilbabnya lebar. Saya pikir dia akan seperti apa yang saya pikirkan dan apa yang saya rasakan selama ini tentang wanita berpakaian syar’i. Tapi ternyata dia sugguh berbeda. Dia cantik, dia peduli apa yang dipakai, wajahnya bersih dan tampak merawat dirinya namun tidak berlebihan dan sesuai porsinya. Selain penampilannya, dia juga pandai bergaul namun tetap menundukkan pandangannya pada lawan jenis. Santun, murah senyum, mampu bersosialisasi dengan baik namun sesuai syariat islam, pandai public speaking pula.

Kemudian, di televisi muncul public figure yang pakaiannya begitu bersahaja. Lagi-lagi wajahnya cantik dan bersinar, senyumnya manis, setiap kata yang keluar dari mulutnya begitu menyejukkan. Dia benar-benar menjadi inspirasi wanita muslim yang ingin berpenampilan syar’i namun tetap cantik dan bisa melakukan aktivitas yang dia senangi.

 
gambar click link


Ada lagi kakak kelas saya, pakaian dan jilbabnya syar’i. Yang saya kagumi adalah prinsipnya dalam memegang teguh syariat islam dan kemandirian hidupnya sungguh luar biasa. Dia bisa bergaul dengan siapa saja namun lagi-lagi dia punya batasan yang jelas saat berhadapan dengan lawan jenis. Yang paling saya senangi adalah, cara dia mempertahankan prinsip syariat islam dengan konsisten tanpa menunjukkan bahwa dia adalah orang yang paling benar. Sebelumnya saya sering kesal melihat orang yang terlalu berprinsip, gak mengikuti perkembangan zaman, kuno, bahkan kadang saya jauhi atau bahkan orang itu yang menjauhi saya, karena menganggap pertemanan-nya tidak sepaham. Tapi wanita ini berbeda, prinsipnya  yang teguh tak membuat orang-orang di sekitarnya membencinya, malah semakin kagum. Ketika prinsipnya berbeda dengan saya, itu juga tak membuatnya menjauhi saya, dia tetap berteman seperti biasa. Dia seperti mutiara di tengah lumpur, tetap teguh dan bersinar meskipun lingkungannya tak seperti apa yang diinginkan. Nilai plusnya lagi adalah dia wanita yang pintar, baik akademik maupun organisasi. Keren banget lah.

Ketiga wanita tersebut mampu membuat pandangan negativeku mengenai wanita berjilbab syar’i luntur. Membuat pergeseran arti mengenai wanita anggun dan cantik yang sesungguhnya. Wanita yang anggun dan sexi adalah mereka yang wajahnya tampak segar, ceria, dan menenangkan. Mereka yang tampak sangat anggun dan bersahaja dengan pakaian longgar dan jilbabnya yang rapi menutup dada. Mereka yang pandai bergaul namun tetap menjaga pandangannya pada lawan jenis. Mereka yang dapat memposisikan dirinya dimanapun mereka berada. Mereka yang setiap berbicara hanyalah kebaikan yang keluar dari mulutnya. Mereka yang berprestasi sesuai bidangnya namun tetap membawa identitas wanita muslimah pada dirinya.
 

 gambar click link
Kini, Saya percaya, jilbab syar’i bukan untuk membatasi diri dan menutup diri, bukan juga untuk membuat kita menjadi orang lain, tapi jilbab syar’i untuk melindungi kita, sebagai bentuk kewajiban dan ketaatan kita pada Allah SWT, dan juga merupakan identitas kita sebagai wanita muslimah. Sungguh, jilbab syar’i tidak membatasi dirimu untuk tampil cantik, bahkan dengan jilbab syar’i mu, kamu akan tampil cantik dan bersahaja, dan yang terpenting adalah, kamu tampil cantik di mata Allah. Berhijab yuk ukhti

click link


Selasa, 10 Februari 2015

Review Hospitalis Resto

Diposting oleh Mak Nude di 21.50 0 komentar
17 Januari 2015

Berhubung keluarga lagi pada jalan-jalan ke belitung, dan mobil nganggur di rumah, saya dan suami berencana untuk pergi makan di luar, ke tempat yang belum pernah kami tuju dan agak jauhan dikit. Suami bilang si biar agak lamaan di jalannya. Bingung nyari-nyari tempat makan, karena kami pingin ke tempat yang unik dan belum pernah kami coba tentunya. Awalnya kami mau coba ke The Lab yang ada di PIK, tapi karena letaknya jauh dan dimana-mana jalanan macet, akhirnya kami putuskan ke hospitalis resto. Info resto ini kita dapat dari hasil searching di google mengenai resto-resto unik di Jakarta.

Lokasi
Berada di jl. K.H Ahmad Dahlan no 31 Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Sebenarnya kalau tau daerah sana mah, gak susah nyarinya, yang lebih gampang, restonya satu jalan sama labschool kebayoran. Di daerah ini berjejer resto resto, ada HEMA, Beranda, Sushi Miya81 & Ori Steak, sama apalagi ya.. LUPA. Tapi, berhubung saya dan suami gak hafal daerah sini, meskipun sudah berbekal aplikasi waze, tetep aja kita muter-muter nyari jalannya, maklum aja saya agak lemot kalau baca peta, jelas-jelas belok, saya diam aja. Maafkan saya abi T.T ditambah lagi karena itu malam minggu, jalanan muaaaceeetttoooos dimana-mana, membuat kami jadi emosian, udah mah lapar, macet pula.

Suasana
Hospitalis resto dan bar ini konsepnya dibuat seperti rumah sakit. Dari tampak luar saja sudah terasa suasana rumah sakitnya, mulai dari plang namanya, dindingnya yang bertuliskan “I am Nurse”, serta pintu masuk yang gagangnya menggunakan tongkat untuk membantu berjalan.

Gambar 1. Pintu masuk hosipitalis resto


Masuk ke dalam, suasana rumah sakit semakin terasa, meja makan menggunakan meja operasi seperti dari stainless, kursinya menggunakan kursi roda gitu. Selain itu pelayan disana ada yang memakai baju suster berambut merah, ada juga yang pakai baju dokter bedah lengkap dengan stetoskopnya.
Berhubung saya datangnya malam, jadinya agak gelap dan mencekam gitu, dan bikin susah buat ambil foto yang bagus, apalagi kamera HP saya juga jadul, jadi kalau mau datang kesini dan puas ambil gambar, disarankan datangnya siang aja. Keadaaan waktu itu cukup ramai, maklum malam minggu, saya sampai jadi waiting list dan diminta menunggu di kursi bar.

Gambar 2. Kursi beroda. Semakin memberi kesan "rumah sakit"


Rasanya gimana?
Melihat menu yang ditawarkan, kemudian melihat ke sebelah kanannya, Hmmmmm lumayan mahal juga ya. Menu yang ditawarkan untuk makanannya ada snack, main dish, dessert, western, indonesian, sama eastern. Sedangkan untuk minumannya ada soft drink, juice. Untuk makana dan minumannya menggunakan nama yang aneh memakai istilah kedokteran gitu deh. Misalnya squid bronchitis yaitu fried squid ring with chilli sauce, chicken alkaloid padahal mah ayam rica-rica.


 Gambar 3. Buku menu hospitalis resto yang cukup unik


Berhubung saya dan suami sudah lapar banget, kami berdua langsung pesan main dish aja. suami pesan anhidrotic pasta dan air mineral. Anhidrotic pasta ini adalah salmon & mushroom cheese cream pasta. Makanan disajikan dalam piringan kayak buat operasi gitu yang tempat untuk menaruh benda tajam atau kapas gitu, kemudian untuk saus sambalnya dimasukkan ke dalam sejenis suntikan gitu, lucu ya! Tapi Porsinya  kecil, rasanya standar malah kurang berbumbu, harganya mahal T.T untuk ukuran kantong kami mah.

 Gambar 4. Anhidrotic pasta + strawberry juice dan soda

Sedangkan saya pesan paket tokyo beef, isinya nasi, daging sapi cincang (sedikit banget dagingnya) with beef kari, di paketan ini sudah dapat minumannya yaitu campuran strawberry juice + soda, tapi berhubung saya gak boleh minum soda sama suami, jadi minumannya saya kasih suami sedangkan saya pesan hot chocolate. Cara penyajiannya sama, pakai piringan untuk operasi gitu, untuk minumannya disajikan dalam labu erlenmeyer 250 mL itupun gak penuh, dikit banget. Sedangkan untuk hot chocolate disajikan dalam gelas besi gitu, dan lagi lagi porsinya dikit. Untungnya makanan saya lebih enak dan ngenyangin, karena ada nasinya, tetep yah orang Indonesia kita. Bumbu beef karinya lebih berasa, gurih gimana gitu, meskipun agak oily gitu beef kari-nya, sedangkan irisan beef di atas nasinya kecil bingit, seukuran shrimp roll-nya hokben, dan beefnya cuman 1 biji aja teman teman.
Melihat ke sekeliling, kebanyakan tamu disini pesennya minuman yang pakai botol infusan gitu, biar lebih berasa rumah sakitnya kali ya. Tapi mahaaal...

So...
Jujur, kami mah gak mau kesini untuk yang kedua kalinya, kapok. Rasa biasa, harganya luar biasa. Mendingan ke Hema deh di seberangnya. Tapi kalau kalian mau coba suasan resto yang unik, dan pingin foto-foto buat update di medsos, boleh lah di coba, tapi datangnya siang aja, biar puas foto-fotonya. Saran lainnya adalah, kalo kesini mendingan emang cuman buat nongkrong aja, lumayan cozy dan unyulah klo buat nongkrong, tapi kalo lagi laper mendingan jangan deh, mendingan kenyangin dulu di sushi miya81, baru nongkrong di hospitalis resto. Heu

Gambar 5. Saya dan suami di hospitalis resto ^-^
 

Mika Miko Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea