Assalamualaikum,
Pernikahan udah mau deket ni, etapi pas ditanya “kamu mau
mahar apa neng dari aa?”, langsung bingung deh jawabnya. Nah, kali ini saya
akan memberikan tips bagaimana menentukan nilai mahar, silahkan disimak para
capeng
Sebelumnya curhat dulu ni ya... sebenarnya, sempat takut dan
berfikir berulang-ulang buat posting tulisan ini. Pasalnya ini berhubungan
dengan syariat islam, salah-salah saya bisa membawa pembaca ke dalam keburukan.
Naudzubillah... namun pada akhirnya tulisan ini rampung juga, dan perlu banyak-banyak
baca. Alasan posting si simple, saya sering sedih melihat fenomena masyarakat
belakangan ini mengenai permaharan. Kadang mahar dijadikan ajang unjuk harta,
gengsi, dan menyulitkan para pria, duh serem. Jangan sampai gara-gara mahar
yang terlalu besar, dua insan tak jadi menjalankan sunnah rasul penyempurna
agama ini, jangan sampai gara-gara mahar yang terlalu besar, pihak pria sampai
harus ngutang-ngutang demi memenuhi keinginan pihak wanita atau karena sekedar mempertahankan
harga diri. Serem kan!! Nah, sekarang yuk mari disimak tips-nya ciiiin.
Mahar adalah hak isteri. Artinya perempuan berhak meminta
berapapun jumlah mahar yang diinginkan, dan calon suami wajib untuk
memenuhinya. Jika suami tidak dapat memenuhinya, maka calon isteri berhak
menolak calon suami untuk menjadi suaminya. Wuiiiih enak kan jadi perempuan,
kita bisa minta apa aja ni buat mahar, bisa minta berlian, minta emas
segambreng, minta rumah mewah, dan calon suami harus menuhin ni, kalo gak menuhin
ya udah jangan nikahin kita. Nah ini nih, yang suka dijadikan landasan para
wanita untuk meminta jumlah mahar. But, Is that so simple? Hmmmmm sebelum
meminta ini itu buat mahar, coba cek hadits dibawah ini:
“Sebaik-baik perempuan adalah yang paling murah maharnya”
(HR. Ibnu Hibban, Hakim, Baihaqi, Ahmad)
Jadi ni, untuk para perempuan cobalah meminta mahar yang
mudah namun tetap pantas. Karena kan ibaratnya mahar itu seperti harta yang
diberikan suami pada kita dengan penuh kerelaan dan dengannya, maka suami sudah
berhak atas kita nantinya, kasarnya si mahar tuh kayak sesuatu buat membeli
kita lah. Tapi jangan disalah artikan ya, karena perumpamaan saya mahar itu
seperti untuk membeli kita, bukan berarti lantas kita berfikir “Wah kalo memang
buat beli saya, saya harus minta yang mahal dong, enak aja saya dibeli dengan
harga murah”, bukan begitu maksudnya ya. Para wanita biar bagaimanpun lebih
baik untuk meminta mahar yang sesuai dengan kemampuan pria-nya. Sekali lagi,
jangan sampai karena masalah mahar ini, urusan pernikahan jadi semakin rumit,
jadi beban untuk pria, atau bahkan malah jadi batal. Naudzubillah...
Gambar ambil disini (click link)
Dan untuk para lelaki pasti seneng ni pas baca hadits
diatas, dan hadits ini bisa mereka sodorkan ke calon isterinya manakala calon
isteri meminta mahar yang besar. Terus karena hadits ini, para pria berniat
untuk ngasih mahar se-ala kadarnya. Hmmmm kalau begitu, para lelaki ini perlu
mengerti tujuan dari mahar itu apa. Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa
ibaratnya mahar itu seperti untuk “membeli” wanitanya, maka laki-laki yang
baik-pun tentunya bisa memposisikan dirinya sebagai laki-laki yang mampu
menghargai wanitanya, termasuk urusan permaharan ini.
Trus enaknya buat mahar itu apaan ya?
Pada zaman Rasulullah SAW, mahar tidak harus harta dan mahar
sangat tidak memberatkan pihak pria, berikut beberapa kisahnya.
“Dari Amir bin Robi’ah bahwa seorang wanita dari bani
Fazarah menikah dengan mas kawin sepasang sendal. Lalu Rasulullah SAW bertanya,
“Relakah kau dinikahi jiwa dan hartamu dengan sepasang sendal ini?”. Dia
menjawab, “Rela”. Maka Rasululloh pun mebolehkannya
(HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu madjah)
Dari Sahal bin Sa’ad bahwa nabi SAW didatangi seorang wanita
yang berkata, “Ya Rasulullah kuserahkan diriku untukmu”, Wanita itu berdiri
lama lalu berdirilah seorang laki-laki yang berkata, “Ya Rasulullah kawinkan
dengan aku saja jika kamu tidak ingin menikahinya”. Rasulullah berkata, “Tidak kecuali hanya
sarungku ini” Nabi menjawab “bila kau berikan sarungmu itu maka kau tidak akan
punya sarung lagi, carilah sesuatu”. Dia
berkata, “aku tidak mendapatkan sesuatupun”. Rasulullah berkata, “Carilah
walalu cincin dari besi”. Dia mencarinya lagi dan tidak juga mendapatkan
apa-apa. Lalu nabi berkata lagi, “Apakah kamu menghafal qur’an?” Dia menjawab, “Ya,
surat ini dan itu” sambil menyebutkan surat yang dihafalnya. Berkatalah Nabi, “Aku
telah menikahkan kalian berdua dengan mahar hafalan quranmu”
(HR. Bukhori Muslim)
Selain beberapa kisah di atas, secar fiqiyah, kalangan Al-Hanafiyah
berpendapat bahwa besarnya mahar minimal 10 dirham. Sedangkan Al- Malikiyah
mengatakan bahwa minimal mahar itu sebesar tiga dirham. Kalau satu dirham
sekitar 4000-an, jadi minimal mahar itu hanya sebesar 40.000 rupiah atau 12.000
rupiah aja dong ya.
Nah, kalau di Indonesia gmn? Budaya yang berlaku di
Indonesia kebanyakan maharnya berupa seperangkat alat sholat, emas perhiasan,
uang tunai, logam mulia, bahkan ada juga yang sebidang tanah atau rumah. Tidak
disalahkan, karena inti dari mahar adalah harta berupa barang atau jasa yang
diberikan kepada calon istri dengan penuh kesukarelaan.
Gambar 2. Officially menikah setelah saya menerima mahar dari suami
Apapun maharnya, yang perlu ditekankan adalah besarnya mahar
sangat tergantung pada permintaan calon isteri dan kemampuan calon suami. Calon
isteri harus tahu batas kemampuan dari calon suami sehingga dapat meminta
sejumlah mahar yang sesuai dengan kemampuannya. Calon suami pun juga harus
sadar besarnya mahar tersebut haruslah pantas dan dapat menghargai wanita yang
akan dinikahinya. Ingat pula, bahwa mahar ini calon isterilah yang menentukan.
Terkadang kita meminta saran dari orang lain dan seringkali ada intervensi dari
pihak keluarga misalnya. Gak jarang dalam menentukan mahar ini kita menemukan
kasus bahwa permintaan besarnya mahar ditentukan oleh kedua orang tuanya misalnya.
Misalnya, ketika kita sudah menentukan mahar yang pantas untuk kita dan calon
suami pun mampu, beberapa ada yang berpendapat “Ih, kecil amat maharnya,
tambahin lah, masa maharnya segitu, bla bla”. Pendapat kayak gini mah tutup
kuping aja. Yang mau nikah kan kalian, dan ingatlah selalu bahwa pernikahan
yang barokah adalah yang maharnya mudah.
Semoga dengan tulisan ini dapat membantu teman-teman yang
masih bingung ni mau minta mahar apa ke mas, aa, atau ke abang-nya.
Wassalamualaikum..