Rabu, 20 Mei 2015

Tips Menentukan Mahar

Diposting oleh Mak Nude di 20.43 0 komentar
Assalamualaikum, 

Pernikahan udah mau deket ni, etapi pas ditanya “kamu mau mahar apa neng dari aa?”, langsung bingung deh jawabnya. Nah, kali ini saya akan memberikan tips bagaimana menentukan nilai mahar, silahkan disimak para capeng

Sebelumnya curhat dulu ni ya... sebenarnya, sempat takut dan berfikir berulang-ulang buat posting tulisan ini. Pasalnya ini berhubungan dengan syariat islam, salah-salah saya bisa membawa pembaca ke dalam keburukan. Naudzubillah... namun pada akhirnya tulisan ini rampung juga, dan perlu banyak-banyak baca. Alasan posting si simple, saya sering sedih melihat fenomena masyarakat belakangan ini mengenai permaharan. Kadang mahar dijadikan ajang unjuk harta, gengsi, dan menyulitkan para pria, duh serem. Jangan sampai gara-gara mahar yang terlalu besar, dua insan tak jadi menjalankan sunnah rasul penyempurna agama ini, jangan sampai gara-gara mahar yang terlalu besar, pihak pria sampai harus ngutang-ngutang demi memenuhi keinginan pihak wanita atau karena sekedar mempertahankan harga diri. Serem kan!! Nah, sekarang yuk mari disimak tips-nya ciiiin.

Mahar adalah hak isteri. Artinya perempuan berhak meminta berapapun jumlah mahar yang diinginkan, dan calon suami wajib untuk memenuhinya. Jika suami tidak dapat memenuhinya, maka calon isteri berhak menolak calon suami untuk menjadi suaminya. Wuiiiih enak kan jadi perempuan, kita bisa minta apa aja ni buat mahar, bisa minta berlian, minta emas segambreng, minta rumah mewah, dan calon suami harus menuhin ni, kalo gak menuhin ya udah jangan nikahin kita. Nah ini nih, yang suka dijadikan landasan para wanita untuk meminta jumlah mahar. But, Is that so simple? Hmmmmm sebelum meminta ini itu buat mahar, coba cek hadits dibawah ini:

“Sebaik-baik perempuan adalah yang paling murah maharnya” (HR. Ibnu Hibban, Hakim, Baihaqi, Ahmad)
Jadi ni, untuk para perempuan cobalah meminta mahar yang mudah namun tetap pantas. Karena kan ibaratnya mahar itu seperti harta yang diberikan suami pada kita dengan penuh kerelaan dan dengannya, maka suami sudah berhak atas kita nantinya, kasarnya si mahar tuh kayak sesuatu buat membeli kita lah. Tapi jangan disalah artikan ya, karena perumpamaan saya mahar itu seperti untuk membeli kita, bukan berarti lantas kita berfikir “Wah kalo memang buat beli saya, saya harus minta yang mahal dong, enak aja saya dibeli dengan harga murah”, bukan begitu maksudnya ya. Para wanita biar bagaimanpun lebih baik untuk meminta mahar yang sesuai dengan kemampuan pria-nya. Sekali lagi, jangan sampai karena masalah mahar ini, urusan pernikahan jadi semakin rumit, jadi beban untuk pria, atau bahkan malah jadi batal. Naudzubillah...

 
Gambar ambil disini (click link)


Dan untuk para lelaki pasti seneng ni pas baca hadits diatas, dan hadits ini bisa mereka sodorkan ke calon isterinya manakala calon isteri meminta mahar yang besar. Terus karena hadits ini, para pria berniat untuk ngasih mahar se-ala kadarnya. Hmmmm kalau begitu, para lelaki ini perlu mengerti tujuan dari mahar itu apa. Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa ibaratnya mahar itu seperti untuk “membeli” wanitanya, maka laki-laki yang baik-pun tentunya bisa memposisikan dirinya sebagai laki-laki yang mampu menghargai wanitanya, termasuk urusan permaharan ini.

Trus enaknya buat mahar itu apaan ya?

Pada zaman Rasulullah SAW, mahar tidak harus harta dan mahar sangat tidak memberatkan pihak pria, berikut beberapa kisahnya.

“Dari Amir bin Robi’ah bahwa seorang wanita dari bani Fazarah menikah dengan mas kawin sepasang sendal. Lalu Rasulullah SAW bertanya, “Relakah kau dinikahi jiwa dan hartamu dengan sepasang sendal ini?”. Dia menjawab, “Rela”. Maka Rasululloh pun mebolehkannya
(HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu madjah)

Dari Sahal bin Sa’ad bahwa nabi SAW didatangi seorang wanita yang berkata, “Ya Rasulullah kuserahkan diriku untukmu”, Wanita itu berdiri lama lalu berdirilah seorang laki-laki yang berkata, “Ya Rasulullah kawinkan dengan aku saja jika kamu tidak ingin menikahinya”.  Rasulullah berkata, “Tidak kecuali hanya sarungku ini” Nabi menjawab “bila kau berikan sarungmu itu maka kau tidak akan punya sarung lagi, carilah sesuatu”.  Dia berkata, “aku tidak mendapatkan sesuatupun”. Rasulullah berkata, “Carilah walalu cincin dari besi”. Dia mencarinya lagi dan tidak juga mendapatkan apa-apa. Lalu nabi berkata lagi, “Apakah kamu menghafal qur’an?” Dia menjawab, “Ya, surat ini dan itu” sambil menyebutkan surat yang dihafalnya. Berkatalah Nabi, “Aku telah menikahkan kalian berdua dengan mahar hafalan quranmu”
(HR. Bukhori Muslim)

Selain beberapa kisah di atas, secar fiqiyah, kalangan Al-Hanafiyah berpendapat bahwa besarnya mahar minimal 10 dirham. Sedangkan Al- Malikiyah mengatakan bahwa minimal mahar itu sebesar tiga dirham. Kalau satu dirham sekitar 4000-an, jadi minimal mahar itu hanya sebesar 40.000 rupiah atau 12.000 rupiah aja dong ya.

Nah, kalau di Indonesia gmn? Budaya yang berlaku di Indonesia kebanyakan maharnya berupa seperangkat alat sholat, emas perhiasan, uang tunai, logam mulia, bahkan ada juga yang sebidang tanah atau rumah. Tidak disalahkan, karena inti dari mahar adalah harta berupa barang atau jasa yang diberikan kepada calon istri dengan penuh kesukarelaan.

 
Gambar 2. Officially menikah setelah saya menerima mahar dari suami


Apapun maharnya, yang perlu ditekankan adalah besarnya mahar sangat tergantung pada permintaan calon isteri dan kemampuan calon suami. Calon isteri harus tahu batas kemampuan dari calon suami sehingga dapat meminta sejumlah mahar yang sesuai dengan kemampuannya. Calon suami pun juga harus sadar besarnya mahar tersebut haruslah pantas dan dapat menghargai wanita yang akan dinikahinya. Ingat pula, bahwa mahar ini calon isterilah yang menentukan. Terkadang kita meminta saran dari orang lain dan seringkali ada intervensi dari pihak keluarga misalnya. Gak jarang dalam menentukan mahar ini kita menemukan kasus bahwa permintaan besarnya mahar ditentukan oleh kedua orang tuanya misalnya. Misalnya, ketika kita sudah menentukan mahar yang pantas untuk kita dan calon suami pun mampu, beberapa ada yang berpendapat “Ih, kecil amat maharnya, tambahin lah, masa maharnya segitu, bla bla”. Pendapat kayak gini mah tutup kuping aja. Yang mau nikah kan kalian, dan ingatlah selalu bahwa pernikahan yang barokah adalah yang maharnya mudah.

Semoga dengan tulisan ini dapat membantu teman-teman yang masih bingung ni mau minta mahar apa ke mas, aa, atau ke abang-nya.
 
Wassalamualaikum..
 

Mika Miko Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea