Menyambut
pekan ASI saya mencoba melanjutkan tulisan saya mengenai mengASIhi Fatih.
Pada
tulisan saya sebelumnya mengenai balada breastfeeding part 1, saya bercerita
bahwa saya mengalami drama nipple lecet selama tiga bulan. Setelah tiga bulan
berlalu, saya sudah pandai menyusui dan Fatih-pun sudah pandai menyusu. Ah
kalau sudah begini... rasanya menyusui itu nikmaaaaaat sekali, ketika kami
berdua saling berpandangan, ketika tangan mungilnya menggenggam tangan saya,
ketika dia tertidur dalam pelukan karena kekenyangan, ketika mulutnya belepotan
ASI, semuanya sungguh indah. Sampai saya sering bertanya, bagaimana bisa Allah
menciptakan rasa kasih sayang yang begitu dahsyat antara saya dan makhluk kecil
ini, makhluk yang mampu meluluhlantahkan hati hanya dengan lirikan dan
senyumannya, makhluk yang mampu membuatku jatuh cinta berkali kali tanpa
syarat. Masya Allah... Emejing dah.
Sembilan
bulan berlalu, itu artinya Fatih sudah berusia satu tahun. Kegiatan menyusui
semakin mudah dan seru, karena Fatih sudah semakin banyak tingkah dan posisi
menyusui sudah semaunya dia, anak bayik ini-pun memulai drama lain. Saat itu
Fatih sudah bergigi empat, dan dia mulai berulah, dia menggigit nipple saat
menyusui. Berbeda dengan sakit saat awal menyusui, dimana saya sudah
mempersiapkan diri dan tahu bahwa hisapan pertama adalah bencana dan
selanjutnya nyerinya mulai berkurang, drama menyusui kali ini, datangnya
tiba-tiba. Lagi asik-asik Fatih nyusu, tiba-tiba gigit, baru saja mulutnya
nempel, eh langsung gigit. Duh sakitnya bukan main, seringkali saya menjerit
dan secara refleks meghempaskan badannya, Fatihpun nangis sejadi-jadinya, dan
ini malah bikin nipple saya lecet lagi. Aaaaaaaargh...
Alhamdulillah...
lagi lagi forum ibu menyusui banyak membantu saya. Dari yang saya baca, ketika hal
ini terjadi, hal yang harus dilakukan seorang ibu adalah bertahan dan
memberikan pengertian (sounding). Jadi ni, saat anak gigit, kita tidak boleh
berteriak karena akan bikin dia kaget, kita juga tidak boleh memencet hidung
atau mencubit anggota tubuhnya supaya dia melepaskan gigitan. Trus harus gimana
dong? Ya tahan aja. Iya bener tahan aja. Tapiiiii sambil menyelipkan jari
kelingking atau telunjuk ke dalam mulutnya supaya anak melepas gigitannya. Tapi
kan suka refleks teriak ya? Iya pasti, saya juga begitu pada awalnya, dan sulit
sekali memang. Tapiiiii... demi anak marilah kita lakukan. Tsaaaaah. Ok lanjut.
Saat gigitan terlepas, otomatis Fatih tiba-tiba berhenti menyusu, dan dia pasti
akan menangis sejadi-jadinya, saya biarkan dia, saya jauhkan dia dari saya
sesaat, kemudian saya peluk dia, kadang sambil saya gendong saya bilang “Mimi
sakit kalau Fatih gigit, kalau Fatih mau nenen, Fatih jangan gigit ya, Fatih
kan anak sholeh...”. trus apa pada percobaan pertama ini berhasil? Enggaaaaaak.
Baru aja dia berhenti nangisnya setelah dikasih pengertian, trus nyusu, dan
diapun gigit lagi. Ampun deh. Saya lepas lagi, dia nangis, dan saya juga nangis
karena kesakitan. Bahkan pernah saya sampai teriak-teriak sambil nangis “Mimih
sakit,, Fatih jangan gigit dong”. Ah sedih banget denger dia nangis meronta-ronta
minta nyusu, tapi berkali-kali dilepas dikasih tau, tetep aja gigit, sampai
akhirnya pernah suatu malam saya gak mau menyusui dan menidurkan Fatih dengan
cara digendong-gendong.
Hampir tiap malam terjadi drama nangis bersama antara saya dan Fatih saat menyusui, abinya sampai
pusing dan bingung, abinya udah ikutan sounding fatih juga, tapi tetep tak
berhasil. Ini terjadi bukan hanya saat tidur malam ya, saat tidur siang juga
begitu, saya harus membuatnya sangat capek sehingga dia bisa menyusu dengan
tenang, bahkan kadang tetep aja gigit, dan lagi-lagi saya harus gendong-gendong
Fatih sampai tidur. Kasian sebenarnya, dia tertidur karena capek, bukan karena
kenyang ASI dan nyamannya dipeluk seorang ibu. Tapi mau gimana lagi, sayanya
sakit banget, sampai saya sempat minta abinya Fatih buat menyapih dini, saya
menyerah. Lagi-lagi abinya Fatih gak mengizinkan, dia memang keras banget soal
mengASIhi. Tidak ada pilihan, metode diatas terus dilakukan, kadang berhasil,
kadang gagal. Saya tetap rajin baca-baca forum untuk melihat pengalaman ibu-ibu
seperjuangan yang senasib, untuk memotivasi saya. Kalau mereka bisa, maka saya
dan Fatih juga pasti bisa. Selama kurang lebih satu bulan saya mengalami drama
ini. Akhirnya Fatih mengerti bahwa apa yang dilakukannya menyakiti ibunya. Lambat
laun Fatih semakin mengurangi gigitan, bahkan kadang dia sudah bisa mengejek
ibunya, dia melirik saya dan memasang ancang-ancang akan menggigit, sontak saya
berteriak “eh eh Fatih jangan ya...”, dan Fatihpun langsung nyengir kemudian
melanjutkan nyusu-nya, ah lucunyaaaa. Bayi sebenarnya memang cerdas dan mampu
mengerti apa yang kita rasakan serta ucapkan, tapi memang perlu waktu untuknya
memahami. Ah nak... mimi dapat ilmu baru lagi, dan mimi belajar banyak dari
kehadiranmu.