Minggu, 20 Juli 2014

Ini Pilhanku. Ini Kerjaku

Diposting oleh Mak Nude di 08.25
Bagi kebanyakan orang, apabila ada anak pemilik perusahaan bekerja di perusahaan yang dipimpin orang tuanya pastilah bukan hal yang aneh, kenapa? Karena mereka berpikir bekerja di perusahaan orang tua sebagai bagian dari melestarikan dan membesarkan perusahaan. Sekarang gini, mana ada si orang tua yang mau capek-capek bangun perusahaan dari nol, trus setelah tua perusahaannya mandek gak ada yang nerusin? Gak ada kan? Setiap orang tua pasti ingin ada penerus untuk ini, dan sang anak adalah yang paling tepat dan aman untuk dijadikan penerus. Karena proses pembimbingan akan lebih mudah dan tidak akan ada rasa sungkan. Ditmabah lagi tidak akan ada kejadian sang anak berusaha membuat perusahaan ayahnya bangkrut kemudian uangnya di bawa lari, berbeda dengan membimbing orang lain, kejadian tersebut kemungkinan besar akan terjadi. Bisnis itu keras bung!

Namun, terlepas dari anggapan lumrah tersebut, sudah pasti akan ada komentar-komentar miring mengenai keberadaan sang anak di perusahaan milik orang tua tersebut. Komentar seperti “alaaaaah, kamu capek-capek kuliah di jurusan bla bla, ujung ujungnya kerja di perusahaan orang tua” atau “ya iyalah dia anak bos, pantas aja kerja disitu dan dapat posisi itu, klo bukan anak bos jg gbs apa-” pastilah sering terdengar, dan komentar miring seperti itupun disebut lumrah.

 
Gambar ambil disini (click link)


Kini, marilah kita lihat dari sisi yang lain, yaitu dari sisi sang anak yang bekerja di perusahaan milik orang tua tersebut. Tidak perlu jauh-jauh, saya mengalaminya. Saya adalah sarjana dari jurusan kimia, setelah 8 bulan bekerja di perusahaan orang lain, saya akhirnya memutuskan resign dan memilih bekerja di perusahaan milik orang tua. Pada awalnya saya bersikeras untuk tidak bekerja di perusahaan tersebut, kenapa? Karena ayah, ibu, dan kedua kakak saya sudah bekerja disitu, jadi bisa dibayangkan dong seperti apa lingkungan kerjanya nanti, di kantor ketemu mereka, di rumah juga ketemu mereka. Ini pasti akan sangat membosankan. Lagipula bidang pekerjaannya-pun berbeda jauh dari latar belakang pendidikan saya. But start from my mom’s complaining, that she feel confused and tired with office bussines. Merasa kesulitan membagi waktu antara pekerjaan dengan mengurus rumah. Kemudian saya mulai berfikir, mungkin ini waktunya saya membantu mereka. Ya, memang ini tidaklah sesuai dengan back ground pendidikan saya, tapi saya rasa patut dicoba, dan saya berfikir pastilah saya bisa melakukan sesuatu untuk memajukan perusahaan yang sudah dibangun dari nol oleh ayah saya ini.

Di perusahaan ini, tugas saya hanyalah sebagai admin keuangan, iya memang saya tidak bisa menambah pundi-pundi keuangan perusahaan, tapi saya bisa merapikan catatan keuangan perusahaan, sehingga semuanya bisa menjadi lebih jelas. Saya rasa ini adalah perbedaan antara mempekerjakan orang lain dibandingkan anak sendiri, mempekerjakan orang lain biasanya orang tersebut hanya sekedar bekerja dan menunaikan kewajiban, tapi mempekerjakan seorang anak, mereka akan berpikir how to make this company better. Biar bagaimanapun, niat saya memutuskan bekerja di perusahaan orang tua adalah baik. Tentu saja komentar-komentar miring berseliweran di telinga saya, sometimes i feel like they looking down on me, bahkan dari orang yang berusaha saya bantu pada awalnya. Tapi buat saya ini sudah seperti resiko yang memang harus dihadapi saat sebuah keputusan diambil, dan saya sudah siap dengan itu. Karena dimanapun anda bekerja, akan selalu ada komentar-komentar miring, dan kita tidak bisa memuaskan siapapun dalam hal ini. Kerja ya kerja aja, akan sangat letih jika kita mendengarkan komentar orang lain bukan?!

Selamat bekerja dimanapun anda memutuskan untuk bekerja sekarang. Bersyukurlah, karena anda minimal bukan pengangguran . hidupmu dibuat berdasarkan keputusanmu sendiri, bukan orang lain.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Mika Miko Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea