Kamis, 18 September 2014

Tension Before Wedding

Diposting oleh Mak Nude di 20.11

Kalau kamu berfikir pasangan yang akan menikah itu bahagia, hari-harinya penuh dengan kemesraan karena gak sabar sebentar lagi menikah, Oow itu salah besar saudara-saudara. Menjelang pernikahan, kami malah sering sekali bertengkar, kadang untuk hal yang sepele, milih tas buat seserahan aja bisa berantem, cuman karena cami gak suka sama pilihan saya, padahal itu tas kan saya yang pakai, kenapa juga dia ikut campur. Nah ini, saat itu saya harus ingat, bahwa setelah menikah bukan hanya soal “aku” tapi “kami”, artinya setiap barang yang kita beli nantinya seizin suami dan suami juga harus suka dong sama pilihan saya. Meskipun ada beberapa laki-laki ada juga yang gak terlalu peduli sama urusan seperti ini, cami saya ini tipe yang peduli banget. Tapi, kalau berantemnya hanya antara kita berdua aja si gak seberapa, masih bisa diatasi dengan mudah. Nah, klo berantemnya udah melibatkan 2 keluarga, ini yang bikin stress. 

Gambar. Click link


Secara kasar, menikah itu berarti “memaksa” untuk menyatukan dua keluarga. Dua keluarga yang meskipun masih sama-sama di Indonesia, tapi memiliki perbedaan latar belakang. Iya kalo kata iklan mah perbedaan harusnya indah seperti minyak dan air, tapi kenyataannya? That’s not simple as you think. Jujur aja, sempat agak frustasi dan berfikir “baru mau nikah aja udah susah, apalagi klo udah nikah! Ih nikah ribet bgt si, udahlah gak usah nikah aja klo bikin pusing kayak begini, batal aja mendingan”. Sedikit aja bersikap entah keluarga saya atau keluarga cami merasa tersinggung. Ini baru dari masalah internal, belum lagi masalah eksternal seperti catering lah, undangan, souvenir, seperti semuanya ada aja yang kurang dan terlewat. It’s like everything totally messed up.

Kuncinya kembali lagi pada komunikasi, kesalahpahaman karena adanya perbedaan adat dan kebiasaan kalau tidak dikomunikasikan dan dibiarkan akan mengakibatkan kecurigaan dan ketidaknyamanan masing-masing pihak. Kadang seringkali saya merasa, oke hal ini sepertinya tidak perlu diucapkan, karena khawatir suasana akan bertambah keruh, atau khawatir nanti keluarga suami malah jadi tersinggung. Tapi pemikiran saya ini jelas salah, karena saya dan suami ternyata berfikir hal yang sama, sehingga yang kami lakukan adalah memendam kesalahpahaman dan perbedaan persepsi tersebut. Hingga pada suatu ketika, salah seorang dari kami mengungkapkan kesalahpahaman tersebut, dan yang terjadi adalah seperti bom waktu. Meledak, dan saling melemparkan ketidaknyamanan yang kami rasakan.

Pada akhirnya kami sadar, bahwa bertengkar saling melemparkan ketidaknyamanan tidaklah menyelesaikan masalah. Kami harus mencari solusi terbaik untuk kedua belah pihak. Ke depannya komunikasi harus ditingkatkan, masalah sekecil apapun memang sebaiknya dikomunikasikan, tapi tentunya dengan penyampaian yang baik dan saat emosi juga stabil. Kalau tujuannya baik, tapi cara penyampaiannya gak baik sama aja kan?

 
Gambar click link


Yap, pernikahan memang bukan sekedar antara kamu dan calonmu, tapi juga antar dua keluarga. Perlakukanlah keluarga calonmu seperti keluarga sendiri, harus saling menghormati dan menghargai.
 
Oke jadi sebenarnya, saat tulisan ini mulai dibuat, saya sedang berada pada posisi “why get married so difficult and stressfull?”. Pada pertengahan menulis, saya sudah bisa berpikir dengan kepala dingin, dan mulai berdiskusi untuk mencari solusi terbaik. Hingga tulisan ini selesai, kami sudah melakukan beberapa aksi dari solusi yang kami pikirkan jalan keluarnya. Yap, tulisan memang seringkali meredam emosi dan membuat jalan pikiran lebih logis, kamu setuju kan?

 
Gambar click link

0 komentar:

Posting Komentar

 

Mika Miko Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea